Selepas shalat maghrib berjama’ah, dengan gaya bicara kekanak-kanakan istriku berkata:”Ayah..ayah..tadi di cekolah Ibu guru bertanya..Siapa yang tadi sholat shubuh? Coba angkat tangan!”
“Dede Hasna jawab apa?” tanyaku kepada anak keduaku yang dimaksud Dede Hasna sama istriku.
“Saya!!!” jawab Hasna sambil mengacungkan tangannya dengan senyuman yang menawan.
“Khan tadi shubuh Dede Hasna tidak sholat..” timpalku
“Biarin…” jawabnya tapi dengan mimik muka malu
“Ayah sich..kalo bangun shubuh Dede nggak pernah dibangunin!” lanjutnya. Emang anakku yang satu ini ada kebiasaan menyerang balik kalo merasa disudutkan.
Aku melihat jam. Jarum jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. “Kalo mo dibangunin shubuh, Dede harus tidur sekarang pintaku”.
“Iya ..Dede mo tidur..tapi awas kalo tidak dibangunkan sholat shubuh” jawabnya meminta kepastian.
“Iya.. insya Allah bangunkan shubuh..” jawabku meyakinkan.
Jam 04.30 aku dan istriku sudah terbangun. Lalu aku menghampiri kedua anakku Irfan dan Hasna yang tampak terlelap tidur. Ada keengganan untuk mengganggu kenikmatan tidur mereka. Tapi aku telah berjanji kepada mereka untuk mengajaknya shalat shubuh.
“A…AA….sudah mo adzan shubuh..bangun” bisikku ditelinga Irfan. Tak lupa punggungnya aku gosok-gosok pelan. Perlahan-lahan matanya yang masih terpejam bergerak-gerak tanda kesadarannya perlahan terkumpul. Kemudian matanya terbuka, mengerdip-ngerdip…dan akhirnya menatap aku.
Aku beralih ke anak keduaku. “Hasna..Dede…Hasna…Shubuh…Katanya Dede mo sholat shubuh bareng ayah” bisikku ditelinganya. Berbeda dengan kakaknya, mata Hasna langsung terbuka. “Hasna mo ikut ayah shalat ke mesjid?” tanyaku. Hasna mengangguk.
“Ayo kita ambil wudhu dulu..” Kata istriku. Tangannya meraih tangan mungil Hasna. Dibimbing istriku, kedua anakku bersiap dan mengambil wudhu.
Tadinya aku akan pergi ke mesjid. Tapi karena persiapan anakku perlu cukup waktu dan sudah dipastikan akan tertinggal berjama’ah serta aku membayangkan betapa nikmatnya bisa berjama’ah dengan istri dan kedua anakku, aku putuskan untuk shalat berjama’ah di rumah.
“AA komat..AA komat” kata Hasna sambil melirik kakaknya, Irfan. Irfan pun komat. Aku mulai memimpin shalat. Lucunya, setiap aku membacakan Al Fatihah, Hasna selalu meniruku dengan suara yang keras. Tidak pas banget..karena dia baru belajar.
Selesai shalat dan berdo’a, istriku menyalami dan menciup punggung tanganku. Irfan dan Hasna pun meniru.
“Ya Rabb jadikanlah istri dan anak-anakku orang-orang yang senantiasa menyedapkan pandanganku dan jadikanlah kami dari golongan orang-orang yang senantiasa menegakkan sholat. Amiin”
Pembaca, saya sangat berterimakasih kepada Guru anak-anakku yang menanyakan apakah anak-anakku sudah sholat. Tinggal aku sebagai orang tua mampu tidak memberikan teladan dengan istiqomah.