Jumat, 26 Maret 2010

JANGAN PERGI ANAKKU

Kisah ini fiktif belaka, tetapi mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi orang tua yang memiliki pola pikir sang Ayah dalam cerita ini. Cerita ini muncul begitu saja, ketika aku mendengar seorang temanku mengatakan suaminya kecewa ketika anak pertamanya adalah "perempuan".

“Tidakkk….Ayu…!” tiba-tiba wanita itu berteriak histeris dan pingsan.
Entah siapa yang baru saja menelpon dan apa yang ia dengar, sehingga ia tidak mampu menguasai kesadarannya.
Semua terjawab manakala ia tersadar dari pingsannya dan menghentikan tangisan dan ratapan memanggil anak perempuannya.
Ayu, anak paling gede wanita itu baru beberapa bulan lulus kuliah dan telah mulai bekerja sebagai karyawan sebuah bank ternama. Baru seminggu yang lalu rumah itu ramai dikunjungi orang untuk menghadiri acara syukuran keberhasilan anaknya itu. Tapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ayu tertabrak mobil dan meninggal dunia. Gelap.. dunia yang benderang terasa gelap pekat. Sempit…dunia yang luas ini terasa begitu menghimpit. Hanya jeritan yang melengking yang memecah langit. “Ya Allah kenapa engkau ambil Ayu. Kenapa tidak aku saja yang sudah tua” sang Ayah tidak kalah merananya dari sang Ibu. “Ya Allah apa salahku?” jerit sang Ayah dan tiba-tiba saja ia tenggelam dalam gelap dan sunyi.
“Ayah, bangun!” suara Ayu terdengar begitu merdunya. Mata sang Ayah terbuka dan dilihatnya Ayu begitu cantik dan memancarkan cahaya. Ayu mengenakan gaun putih. Ia laksana bidadari.
“Ayu ? bukankah kamu tertabrak mobil?” Tanya sang Ayah kaget. Ada rasa tidak percaya sekaligus bahagia. Ia berharap berita itu bohong.
“Benar Ayah. Ayu memang tertabrak mobil dan Ayu telah meninggalkan dunia yang begitu ramai. Sekarang Ayah ada di alam Ayu yang baru” jawabnya begitu tenang.
“Kenapa Ayu tega meninggalkan Ayah” Tanya sang Ayah. Air matanya tak tertahan mengalir deras di kedua pipinya.
“Bukan Ayu yang tega meninggalkan Ayah, tetapi ini adalah kehendak Allah” jawabnya begitu tenang.
“Kenapa Allah menghendaki Ayu meninggalkan kami, nak?”
“Allah tidak berkehendak Ayu meninggalkan Ayah, tetapi Allah mengabulkan kehendak Ayah”
“Kehendak Ayah? Ayah mana yang tega menghendaki anaknya meninggal Nak?” sang Ayah kaget.
“Bukankah Ayah dulu berkehendak anak pertama ayah itu laki-laki? Bukankah Ayah begitu marah dan kesal ketika yang lahir adalah Ayu, anak perempuan?”
“Iya…, tapi setelah itu Ayah menerimamu sebagai anugerah-Nya dan Ayah bangga kepadamu Nak.”
“Benar Ayah. Tetapi Ayah telah lupa beristighfar dan memohon ampunan Allah karena kekufuran Ayah tersebut. Sehingga hal ini terjadi. Bukankah Allah telah menjelaskan bahwa barangkali kamu menyukai sesuatu tetapi itu akan merugikanmu dan barangkali kamu tidak menyukai sesuatu padahal itu baik bagimu. Ayah sekarang anakmu yang pertama adalah Ahmad, seorang laki-laki. Ayah izinkan Ayu pergi”
Ayu perlahan pergi meninggalkan sang Ayah yang menyesali dosa masa lalunya.
“Ayu…jangan pergi!!” teriak sang Ayah dan tersadar dari pingsannya.
“Sabar pak, tawakal pak” begitu orang-orang menasehati.

Tidak ada komentar: